Perbedaan drone militer dengan drone biasa

Drone militer mengambil alih survey udara. Drone tidak hanya digunakan untuk berperang, tapi juga digunakan untuk keamanan dan kontrol lalu lintas di negara-negara yang tidak usang.  Surveillance adalah penggunaan utama dari drone militer, perbedaan utama dari drone militer dan teknologi drone biasa yaitu drone militer dapat membawa payload berupa misil selain sebagai pengintai biasa sedangkan drone komersil biasa ditujukan untuk keperluan survey udara ( mapping- fotografi) membawa payload berupa camera – beban tambahan seperti sensor sonar dan lain-lain

System controll UAV

UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat terbang tanpa awak didefinisikan sebagai pesawat terbang tanpa pilot di dalamnya yang dapat terbang secara otomatis(autonomus) secara auto pilot atau dikendalikan jarak jauh. UAV telah dikembangkan untuk berbagai keperluan seperti penginderaan baik untuk sipil ataupun militer hingga pemantauan wilayah. Avionik sebagai peralatan elektronik penerbangan mencakup seluruh sistem elektronik yang dirancang untuk digunakan di pesawat terbang, seperti sistem autopilot, GCS (Ground Control Sistem), dan Telemetri.Pemantau kondisi lingkungan dari udara dengan menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dilengkapi dengan kamera diperlukan suatu perangkat lunak yang mampu mengirimkan data ke Ground Control Station (GCS). GCS juga dapat digunakan untuk mengirimkan perintah.

Dalam penelitian ini perintah yang dikirim adalah perintah autopilot. Perintah ini digunakan untuk mengarahkan UAV ke suatu posisi yang ingin dipantau. Data perintah yang dikirim berupa titik koordinat garis bujur dan lintang tujuan. Untuk mengaktifkan autopilot tersebut diperlukan suatu sistem pengiriman perintah dari GCS. Sehingga setelah data diterima oleh UAV, maka UAV mampu memroses data yang diperlukan dan menjalankan perintah autopilot berdasarkan data perintah yang telah dikirim. GCS yang telah didisain untuk mengatur perencanaan penerbangan.

BACA  Sejarah drone seiring perkembangan teknologi dari purbakala hingga 2019

Kemampuan dari sistem GCS yang telah didisain antara lain dapat memasukkan nama UAV ke dalam sistem, memasukkan nama Penerbangan yang menggunakan UAV tertentu, menerima data keadaan dari UAV, Seperti Altitude, posisi (Longitude dan latitude), arah, serta row, pitch, dan yaw, dapat menampilkan Streaming Video dari UAV, dapat menyimpan dan menampilkan sejarah terbang dari sebuah penerbangan, serta dapat mengontrol UAV dengan memasukkan WayPoint dan Home. Kata Kunci : Waypoint, Streaming, Altitude, Longitude, Latitude.

 

Kehadiran teknologi drone militer indonesia

Semakin canggihnya inovasi teknologi mendorong Indonesia terus memodernisasi perlengkapan tempur termasuk semua hal yang menunjang kegiatan militer. Salah satunya ialah kepemilikan drone. Drone merupakan pesawat tanpa awak yang sama sekali tidak membutuhkan seorang pilot untuk mengendarainya. Pesawat intai dengan sebutan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ini menjadi teknologi paling pesat perkembangannya di dunia. Selain bisa digunakan untuk membantnu aktivitas keseharian manusia, alat ini juga bisa bermanfaat bagi keperluan militer. beberapa drone militer yang sudah dan akan digunakan oleh militer indonesia

Aerostar TUAV

Oleh manufakturnya, Aerostar disebut sebagai TUAV (Tactitcal Unmanned Aerial Vehicle). Ada identitas tactitcal didasarkan perannya sebagai eksekutor dari peran intelijen, pengintaian udara, dan akuisisi target. Dengan bekal kemampuan MALE, drone ini dapat melakukan tugas intai dan intelijen secara real time pada coverage yang luas dalam waktu yang lama.

Untuk sistem kendali, seperti halnya drone Wulung, unit kendali Aerostar dilakukan dari GCS (Ground Control Station), mekanismenya bisa dilakukan remote melalui jalur LoS (Line of Sight) hingga jarak 200 km, bisa juga dengan menjalankan moda otomatis dengan memanfaatkan waypoint GPS. Dan tentunya untuk operasi jarak jauh biasa dilakukan mengandalkan fasilitas data link dari satelit. Sementara penunjang komunukasi antar pesawat dengan GCS disediakan directional antenna dan multi-channel data link system besutan Commtact.

Rajawali 350

Rajawali 350 merupakan drone berukuran besar dengan bobot mencapai 120 kg yang wujudnya menyerupai helikopter yang mengadopsi mesin turbin berkekuatan 25 Kw ini memiliki radius operasi sejauh 120 km dengan ketinggian mencapai 4.500 meter.Sedangkan kecepatan drone ini dapat melaju hingga145 km per jam. Drone Rajawali 350 digunakan prajurit TNI AL untuk mengawasi aktivitas berbagai kapal yang wara wiri di lautan.

BACA  Drone sprayer buatan indonesia untuk mendukung pertanian berkelanjutan

Drone yang sudah menyandang standar militer ini dapat mendarat secara otomatis, bahkan dalam kondisi darurat, Rajawali 350 dapat landing dengan bantuan parasut. Terkait operasional di lautan, mungkin yang harus diwaspadai adalah suhu (temperature) yang kadang bila terlalu panas dapat mengganggu sistem elektronik. Dalam spesifikanya, Rajawali 350 sanggup terbang aman di suhu -30 sampai 40 derajat celcius.

Drone militer indonesia yang akan segera di import ( dikutip dari jakartagreater.com)

Drone MALE buatan Turki

Belum disebutkan jenis Drone MALE apa yang akan dibeli oleh Kementerian Pertahanan RI. Namun dalam Indo Defence 2018 di Jakarta Turkish Aerospace membawa model skala penuh dari UAV Anka. Perusahaan ini sedang mengejar penjualan sistem ekspor ke Angkatan Bersenjata Indonesia.

UAV Anka telah beroperasi di Angkatan Bersenjata Turki selama lebih dari dua tahun. Varian yang dioperasikan termasuk serang ringan, SIGINT dan ISR. Turki menggunakan sistem dengan bom pintar berpandu laser yang bisa membawa 4 unit. Secara total 41 Anka UAV berada di bawah kontrak dengan Kementerian Pertahanan Turki dan Kementerian Dalam Negeri dengan lebih banyak unit yang diharapkan akan dipesan. Ozmen mengatakan bahwa request for proposal (RfP) dari Indonesia meminta baik varian ISR maupun yang dipersenjatai dari UAV.

Perusahaan Turkish Aerospace tertarik menyoroti proposal transfer teknologi untuk Indonesia dan telah memiliki beberapa diskusi teknis dengan Jakarta setelah hari industri yang diadakan pada bulan Agustus 2018, dengan catatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan bertindak sebagai mitra industri.

PT DI dan TAI menandatangani perjanjian kerangka kerja pada bulan Juli 2017 tentang kerjasama penerbangan. “Ada fokus yang kuat pada transfer teknologi … mereka adalah [Turki] 10 sampai 15 tahun yang lalu,” Ozmen berkomentar. Ke depan, Ozmen mengatakan bahwa Turkish Aerospace telah bekerja sama dengan Indonesia mengenai pengembangan UAV masa depan yang akan mengikuti dari Anka.

UAV generasi berikutnya akan memiliki kemampuan muatan yang meningkat dan akan menjadi pesawat bermesin ganda. Ozmen ingin menyoroti bahwa ini adalah pengembangan berkelanjutan dan tidak akan selesai untuk beberapa tahun mendatang. Anka MALE UAV telah mengumpulkan lebih dari 10.000 jam terbang hingga saat ini dan menyelesaikan operasi dalam konflik aktif seperti yang terjadi di Suriah.

BACA  Inspeksi Thermal secara Live dengan Dronedeploy

Uav ini memiliki lebar sayap 17,5 m, panjang 8,6 m dan ketinggian 3,25 m. Ini dapat tetap dalam penerbangan hingga 24 jam dan memiliki langit-langit layanan hingga 30.000 kaki. Perusahaan juga telah melakukan uji coba berawak tanpa awak dari UAV dengan helikopter T129 Atak.

Drone CH-4 buatan china

Dikutip dari militaryfactory.com, drone tempur yang bakal diakuisisi TNI ialah CASC CH-4 Rainbow besutan China Aerospace Science and Technology Corporation. Bedanya, jika Searcher II hanya bisa mengintip posisi musuh, maka CH-4 Rainbow masuk kategori Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) yakni dapat mencari keberadaan lawan sekaligus mengeliminasinya dengan rudal atau bom yang

Untuk penginderaan, CH-4 menggandalkan perangkat forward-looking infrared (FLIR), laser rangefinder dan laser designator dengan jarak jangkauan sebesar 15 km. CH-4 juga dilengkapi dengan Synthetic Aperture Radar dimana piranti ini dapat mendeteksi sasaran yang diselimuti kabut, asap maupun rimbun pepohonan. Cocok digunakan untuk mengetahui posisi pemberontak yang suka sembunyi di hutan. CH-4 Rainbow juga sudah battle proven di mana ia digunakan untuk membom dan memporak-porandakan basis ISIS di Al-Anbar, Irak.

Kesimpulan

Selain daftar drone diatas ada banyak jenis drone yang sudah dimiliki armada TNI indonesia buatan dalam negeri yang digunakan untuk survey udara aerial dengan kemampuan payload hingga 5kg seperti drone wulung dll, dengan hadirnya teknologi drone militer di indonesia diharapkan dapat memajukan sektor militer dan sektor lain dan memperkuat system pertahanan negara.

 

 

Author

FDS

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

× How can I help you?